Girlband Cherrybelle kembali ke layar lebar melalui film kedua mereka
yang bertajuk Diam-diam Suka, yang.merupakan karya perdana dari rumah
produksi BrainstormInc Entertainment dan diarahkan oleh sutradara Rizal
Mantovani. Diam-diam Suka mengambil lokasi syuting di Melbourne,
Australia selama sebulan pada Oktober 2013. "Ini pertama kali film
Brainstorm.Inc di Indonesia. Kita cari banyak artis remaja di Indonesia,
lalu bertemu Cherrybelle. Kita merasa mereka fenomenal, powerful untuk
generasi muda," kata Produser Eksekutif Irving Artemas dalam jumpa pers
di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (4/7).
Perkembangan filn Indonesia dinilai sedang bagus. Apalagi setelah
beberapa filmnya juga dikenal pasar internasional dan Hollywood seperti
The Raid. Sutradara Rizal Mantovani (Kuldesak, Jelangkung, 5 Cm) didapuk
menjadi komando film yang didukung kru dari Indonesia, Australia, dan
sinematografer dari Singapura ini. Lokasi desa ChiBi yang juga
disebut-sebut sebagai tempat syuting masih dirahasiakan. Di Melbourne,
lokasi dengan banyak street art akan menghiasi adegan film ini. Naskah
film ini ditulis oleh Eka D.Sitorus.
Sutradara Rizal Mantovani mengaku selalu mendapat pertanyaan kapan akan
membuat film musikal, yang menurutnya adalah sesuatu yang progresif.
"Saya jawab nanti tunggu waktu yang tepat. Pas ditawari ini, saya pikir
pas banget untuk gabungan musik, tari, dan video," jawab sutradara yang
sudah berkarier selama 20 tahun tersebut.
Rizal mengaku walau cukup ribet mengarahkan 9 orang dengan porsi yang
harus imbang, ia percaya dalam karier harus mampu untuk keluar dari zona
nyaman. Para personil Cherrybelle pun merasa film keduanya istimewa.
Stefi misalnya, mengaku tak terlalu lancar berbahasa Inggris saat
syuting, sehingga ia lebih "pendiam" dari biasanya. Namun ia mengaku
tidak takut karena dapat menambah keahlian baru. Lalu menurut Annisa,
mereka sempat berlatih akting selama beberapa bulan. "Yang bikin
deg-degan, kita nggak ngerti akting Cherrybelle sampai nggak sama
imajinasi kak Rizal," tutur salah seorang personil lain.
Namun Kezia menilai kesempatan ini adalah tantangan positif untuk
mengembangkan bakat dalam musik dan akting. "Kesempatan bagus buat bawa
nama Indonesia, girlband Indonesia diproduksi sama orang luar," ujar
Kezia.
Diakui mereka film kedua ini berbeda dengan film pertama mereka yang
bertajuk Love Is U, karena film pertama jarang berpindah tempat.
Sementara dari segi cerita, yang pertama lebih kepada proses dan sejarah
ChiBi, sementara yang kedua memberikan nuansa petualangan dan
kolaborasi tari. Selama syuting pun mereka harus menghadapi perubahan
musim yang tak terduga. Namun, mereka juga mendapat bantuan dari
pemerintah Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar